Tragis, Belasan Wanita Jakarta Diperkosa Sebelum Dibunuh

Ibu Kota Jakarta ternyata semakin tidak aman bagi kaum perempuan. Terbukti dalam tiga bulan terakhir, angka pembunuhan terhadap perempuan terus meningkat. Sebagian korban, diperkosa sebelum dibunuh. Tragisnya, para perempuan yang dibunuh tersebut dibuang begitu saja di jalanan. Untuk kasus itu, Indonesia Police Watch mencatat ada 11 kasus. 

Menurut IPW, dari Januari hingga Maret 2014, ada 17 perempuan dibunuh di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Perinciannya, Januari lima orang dibunuh, Februari ada dua orang, dan Maret meningkat menjadi 10 orang. 


Daerah paling rawan bagi perempuan adalah Bekasi. Di sana ada enam wanita dibunuh, kemudian Tangerang tiga, Depok dua, Jakarta Pusat dua, Jakarta Utara satu, Jakarta Barat satu, Jakarta Selatan satu, dan Jakarta Timur satu orang. Usia wanita yg dibunuh rata-rata sangat muda. Usia 14 tahun sampai 25 tahun ada 12 orang, dan usia 30 tahun sampai 51 tahun ada lima orang. 


Dari 17 kasus pembunuhan terhadap wanita itu, 14 kasus di antaranya dilakukan orang dekat korban, yakni suami, pacar, mantan pacar, kenalan, tetangga, keponakan, dan karyawan korban. 


Atas data tersebut, para wanita di Jakarta diimbau lebih berhati-hati. Jika janjian dengan seseorang sebaiknya jangan datang sendiri. Sebab sebagian kasus pembunuhan itu terjadi setelah korban bertemu dengan pelaku. Motif pembunuhan dikarenakan faktor yang berbeda-beda. Mulai dari masalah ekonomi hingga cemburu buta. 


Tapi umumnya disebabkan hal sepele yang tidak masuk akal, yakni diputus cinta dan menolak diajak kencan. Polda Metro Jaya perlu bekerja lebih keras lagi untuk mengungkap kasus ini.


Sebab dari 17 kasus pembunuhan terhadap perempuan, sembilan di antaranya belum terungkap dan pelakunya masih bebas berkeliaran. Selain itu ada empat korban tidak bisa dikenali karena tanpa identitas.
 

Misteri Kelinci Menjadi Pembunuh Nenek Moyang Manusia


John Fa, peneliti dari Durrell Wildlife Conservation Trust di Jersey, berdasarkan hasil penelitiannya mengklaim bahwa Neanderthals, moyang manusia, punah gara-gara kelinci. Bagaimana bisa?

Fa meneliti tulang belulang hewan yang ditemukan di tiga lokasi penggalian di Spanyol dan Perancis. Dia menemukan bahwa sekitar 30.000 tahun lalu, mamalia besar seperti rusa melimpah di gua. Namun, pada masa berikutnya, mamalia besar mulai jarang ditemui.



Fa berpendapat, kemampuan beradaptasi untuk berburu mamalia berukuran kecil memegang peranan penting dalam kesintasan spesies. Sementara manusia modern pintar beradaptasi, tak demikian halnya denganNeanderthals.
"Ketergantungan yang tinggi pada perburuan dan konsumsi mamalia besar oleh kelompok kerabat manusia tertentu membatasi kesintasannya ketika mangsa pilihannya menjadi terbatas," papar Fa seperti dikutip Daily Mail.

Fa mengungkapkan, pada masa Neanderthals, jumlah kelinci melimpah. Namun, moyang manusia tersebut tidak mampu atau tidak mau memanfaatkannya. Hal tersebut berkontribusi pada punahnya Neanderthals."Ketergantungan yang tinggi pada perburuan dan konsumsi mamalia besar oleh kelompok kerabat manusia tertentu membatasi kesintasannya ketika mangsa pilihannya menjadi terbatas," papar Fa seperti dikutip Daily Mail.
Fa mengungkapkan, pada masa Neanderthals, jumlah kelinci melimpah. Namun, moyang manusia tersebut tidak mampu atau tidak mau memanfaatkannya. Hal tersebut berkontribusi pada punahnya Neanderthals.
Fa mengungkapkan, pada masa Neanderthals, jumlah kelinci melimpah. Namun, moyang manusia tersebut tidak mampu atau tidak mau memanfaatkannya. Hal tersebut berkontribusi pada punahnya Neanderthals.

"Analisis tulang yang ditemukan selama ekskavasi di Iberia menunjukkan bahwa kelompok kelinci adalah bagian diet penting dari spesies dengan anatomi manusia modern. Namun, hewan itu relatif tak digunakan selama masa Mousterian, ketika Neanderthals eksis," papar Fa.

Fa tak mengetahui dengan jelas mengapa Neanderthals tak bisa memanfaatkan kelinci. Menurut Fa, Neanderthals kurang memiliki taktik untuk menangkap hewan itu. Adapun manusia modern diduga tak memanfaatkan panah untuk berburu kelinci, tetapi menggunakan api, asap, dan anjing.


Fa tak mengetahui dengan jelas mengapa Neanderthals tak bisa memanfaatkan kelinci. Menurut Fa, Neanderthals kurang memiliki taktik untuk menangkap hewan itu. Adapun manusia modern diduga tak memanfaatkan panah untuk berburu kelinci, tetapi menggunakan api, asap, dan anjing.



 

Fenomena "Waktu Tak Berjalan" Di Rondonia Brazil

Kebanyakan manusia modern percaya dengan ungkapan 'waktu adalah uang'. Namun ungkapan itu tak akan pernah berlaku saat Anda pergi ke Rondonia, perbatasan antara Brazil dan Bolivia. 

Sebab, percaya atau tidak, suku asli di sana, Amondawa, tak pernah mengenal konsep waktu. Mereka tak memiliki standar ukuran waktu untuk dihitung atau dibicarakan.


"Bagi suku Amondawa, waktu sama sekali tidak eksis," kata Profesor Chris Sinha, peneliti dari University of Portsmouth, kepada situs DailyMail.


Setelah meneliti suku itu selama delapan minggu, Sinha berkesimpulan bahwa suku Amondawa adalah suku yang memiliki 'kebebasan' terhadap waktu.


Mereka tak pernah mendiskusikan pekan depan, bulan depan, atau bahkan tahun depan. Sebab, bahasa mereka sama sekali tak punya kosa kata 'pekan', 'bulan', atau 'tahun'.


Bahkan tak satupun anggota suku itu yang memiliki umur. Dalam kehidupan sehari-hari, suku Amondawa cuma mengenal pembagian antara siang dan malam, atau musim hujan dan kering.





Untuk mengenal senioritas dan posisi di suku ini, semua anggota suku ini akan berganti nama bila ada anggota keluarga baru yang lahir. Nama mereka akan berubah, karena terdahulu musti diberikan kepada anggota keluarga yang lebih muda.

Suku Amondawa awalnya adalah suku yang terisolir, dan mulai mengenal dunia luar sejak 1986. Mereka tetap melanjutkan tradisi mereka termasuk berburu, menjadi nelayan, dan berkebun.



 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kejadian Langka - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger